Setelah membaca Alquran, Jamal begitu penasaran. Ia ingin secara langsung berdialog dengan seorang Muslim. Untuk itu, ia beranikan kunjungi masjid.
Masuk ke masjid, Jamal terheran-heran, laki-laki dan perempuan tidak duduk bersama. Sejenak menunggu, Jamal untuk kali pertama mendengar azan. Tidak ada yang bisa dipahami Jamal ketika itu.
Satu hal yang menarik baginya, semua orang melakukan gerakan yang sama. Namun, ada hal yang membuat kecewa.
Ia harus mempelajari bahasa Arab untuk membaca Alquran. Merasa frustasi dengan hal itu, Jamal kembali masuk ke dunia lamanya. Tapi ia merasa tidak lagi nyaman berada pada situasi itu.
Tak tahu harus berbicara dengan siapa, ia coba datangi pendeta yang pernah membimbingnya. Kepada pendeta itu, ia ceritakan apa yang dialaminya. "Ia hanya mengajakku kembali pada Yesus tapi aku menolaknya," kata Jamal seperti dinukil dari Onislam.net, Sabtu (5/4).
Usai berdialog dengan pendeta itu, satu inspirasi ia dapat. Ia harus mendekatkan diri dengan Islam, mencari tahu lebih dalam, lalu ia akan tahu apakah Islam cocok untuknya. "Apa yang dikatakannya benar sekali. Untuk menerima Islam, saya harus tahu lebih dalam tentang Islam," ujar Jamal.
Keesokan harinya, Jamal akhirnya mantap merujuk pada satu kesimpulan. Ia tak berhenti menangis. "Aku terima Islam. Ini adalah keputusan terbaik yang pernah saya buat," kata dia yang berusaha menahan tangis.
Masuk ke masjid, Jamal terheran-heran, laki-laki dan perempuan tidak duduk bersama. Sejenak menunggu, Jamal untuk kali pertama mendengar azan. Tidak ada yang bisa dipahami Jamal ketika itu.
Satu hal yang menarik baginya, semua orang melakukan gerakan yang sama. Namun, ada hal yang membuat kecewa.
Ia harus mempelajari bahasa Arab untuk membaca Alquran. Merasa frustasi dengan hal itu, Jamal kembali masuk ke dunia lamanya. Tapi ia merasa tidak lagi nyaman berada pada situasi itu.
Tak tahu harus berbicara dengan siapa, ia coba datangi pendeta yang pernah membimbingnya. Kepada pendeta itu, ia ceritakan apa yang dialaminya. "Ia hanya mengajakku kembali pada Yesus tapi aku menolaknya," kata Jamal seperti dinukil dari Onislam.net, Sabtu (5/4).
Usai berdialog dengan pendeta itu, satu inspirasi ia dapat. Ia harus mendekatkan diri dengan Islam, mencari tahu lebih dalam, lalu ia akan tahu apakah Islam cocok untuknya. "Apa yang dikatakannya benar sekali. Untuk menerima Islam, saya harus tahu lebih dalam tentang Islam," ujar Jamal.
Keesokan harinya, Jamal akhirnya mantap merujuk pada satu kesimpulan. Ia tak berhenti menangis. "Aku terima Islam. Ini adalah keputusan terbaik yang pernah saya buat," kata dia yang berusaha menahan tangis.
Komentar
Posting Komentar