Majelis Ulama Indonesia (MUI) menegaskan, tidak mau kompromi dengan segala bentuk pagelaran Miss World di Indonesia, walaupun acara tersebut diatur agar sesuai dengan budaya Timur.
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat Bidang Kerja Sama dan Hubungan Internasional KH Muhyiddin Junaidi mengatakan, bagaimanapun bentuk pelaksanaan Miss World, akan tetap banyak mudharatnya ketimbang manfaatnya. “Nilai hedonisme dan materialisme warisan Yunani dan Romawi kuno sangat terlihat kental dalam pelaksanaan Miss World,” ujarnya, Ahad (22/4).
Padahal, lanjut dia, umat Islam Indonesia sudah sering melontarkan penolakan segala bentuk ajang pengumbaran aurat tersebut di luar negeri. Namun demikian, masih ada orang yang berusaha mencoba melaksanakannya di Indonesia. Apalagi, jika dilaksanakan di Jawa Barat, di mana nilai spiritual dan local wisdom masyarakatnya masih kental.
Ia pun cukup prihatin bila pelaksanaan itu kemudian direstui oleh pemerintah daerah setempat. Padahal, kata dia, mereka menjadi pemimpin karena mendapat dukungan dari partai dan umat Islam.
Menurut salah satu pengurus Pimpinan Pusat Muhammadiyah ini, kalau alasan pelaksanaan Miss World hanya untuk menambah kunjungan wisatawan, ini alasan yang sangat salah. Ia mengungkapkan, untuk apa menambah wisatawan kalau kemudian harus mengorbankan nilai spiritual dan budaya ketimuran yang dipegang masyarakat Sunda selama ini.
Karenanya, ia menegaskan, MUI sampai kapan pun tetap menolak pelaksanaan Miss World di Indonesia, terlebih di wilayah Jawa Barat. “Umat Islam harus protes keras terkait pelaksanaan Miss World, terlebih ini terkait dengan harga diri umat Islam dan budaya Timur kita,” ujarnya.
Ketika Republika berusaha mengklarifikasi hal itu ke pihak RCTI sebagai pelaksana, Sekretaris Perusahaan RCTI Adjie S Soeratmadjie menolak memberikan tanggapan. Bahkan, ketika dihubungi beberapa kali via telepon, ia langsung memutuskan kontak.
Disetujui gubernur
Sebelumnya, pihak panitia acara dari RCTI dan perwakilan Miss Indonesia pada awal April lalu telah mendatangi gubernur Jawa Barat untuk membahas rencana pelaksanaan puncak acara Miss World yang dilaksanakan di Sentul International Cenvention Center (SICC), Bogor, pada 28 September 2013.
Dalam pertemuan tersebut, Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan seperti memberi lampu hijau puncak pelaksanaan Miss World di Bogor. “Mereka memberitahu akan melaksanakan acara ini ke pemerintah provinsi karena pelaksanaannya di Jawa Barat,” ujar pria yang akrab disapa Kang Aher ini.
Aher pun menjanjikan bahwa pelaksanaan Miss World ini nantinya jauh berbeda dengan ajang pamer aurat seperti biasanya. Sebab, pada puncak acara dipastikan peserta kontes kecantikan ini tidak akan menggunakan bikini dan akan tampil lebih sopan.
Bahkan, dalam sejumlah pernyataannya, Aher menyarankan agar wanita-wanita cantik dari berbagai negara yang bakal tampil dalam acara Miss World itu untuk menggunakan kebaya sebagai salah satu ciri kebudayaan Indonesia. “Bagaimana kalau (Miss World) menggunakan kebaya saja,” katanya. n amri amrullah ed: chairul akhmad
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat Bidang Kerja Sama dan Hubungan Internasional KH Muhyiddin Junaidi mengatakan, bagaimanapun bentuk pelaksanaan Miss World, akan tetap banyak mudharatnya ketimbang manfaatnya. “Nilai hedonisme dan materialisme warisan Yunani dan Romawi kuno sangat terlihat kental dalam pelaksanaan Miss World,” ujarnya, Ahad (22/4).
Padahal, lanjut dia, umat Islam Indonesia sudah sering melontarkan penolakan segala bentuk ajang pengumbaran aurat tersebut di luar negeri. Namun demikian, masih ada orang yang berusaha mencoba melaksanakannya di Indonesia. Apalagi, jika dilaksanakan di Jawa Barat, di mana nilai spiritual dan local wisdom masyarakatnya masih kental.
Ia pun cukup prihatin bila pelaksanaan itu kemudian direstui oleh pemerintah daerah setempat. Padahal, kata dia, mereka menjadi pemimpin karena mendapat dukungan dari partai dan umat Islam.
Menurut salah satu pengurus Pimpinan Pusat Muhammadiyah ini, kalau alasan pelaksanaan Miss World hanya untuk menambah kunjungan wisatawan, ini alasan yang sangat salah. Ia mengungkapkan, untuk apa menambah wisatawan kalau kemudian harus mengorbankan nilai spiritual dan budaya ketimuran yang dipegang masyarakat Sunda selama ini.
Karenanya, ia menegaskan, MUI sampai kapan pun tetap menolak pelaksanaan Miss World di Indonesia, terlebih di wilayah Jawa Barat. “Umat Islam harus protes keras terkait pelaksanaan Miss World, terlebih ini terkait dengan harga diri umat Islam dan budaya Timur kita,” ujarnya.
Ketika Republika berusaha mengklarifikasi hal itu ke pihak RCTI sebagai pelaksana, Sekretaris Perusahaan RCTI Adjie S Soeratmadjie menolak memberikan tanggapan. Bahkan, ketika dihubungi beberapa kali via telepon, ia langsung memutuskan kontak.
Disetujui gubernur
Sebelumnya, pihak panitia acara dari RCTI dan perwakilan Miss Indonesia pada awal April lalu telah mendatangi gubernur Jawa Barat untuk membahas rencana pelaksanaan puncak acara Miss World yang dilaksanakan di Sentul International Cenvention Center (SICC), Bogor, pada 28 September 2013.
Dalam pertemuan tersebut, Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan seperti memberi lampu hijau puncak pelaksanaan Miss World di Bogor. “Mereka memberitahu akan melaksanakan acara ini ke pemerintah provinsi karena pelaksanaannya di Jawa Barat,” ujar pria yang akrab disapa Kang Aher ini.
Aher pun menjanjikan bahwa pelaksanaan Miss World ini nantinya jauh berbeda dengan ajang pamer aurat seperti biasanya. Sebab, pada puncak acara dipastikan peserta kontes kecantikan ini tidak akan menggunakan bikini dan akan tampil lebih sopan.
Bahkan, dalam sejumlah pernyataannya, Aher menyarankan agar wanita-wanita cantik dari berbagai negara yang bakal tampil dalam acara Miss World itu untuk menggunakan kebaya sebagai salah satu ciri kebudayaan Indonesia. “Bagaimana kalau (Miss World) menggunakan kebaya saja,” katanya. n amri amrullah ed: chairul akhmad
Komentar
Posting Komentar